Kamis, 30 Juli 2009

Bilangan Prima

Hua mantab nih dapet pertanyaan simple tapi susah juga,
cuma disuruh nampilin bilangan prima cuma mesti pake bahasa jawa..

import java.util.*;

public class prak

{
public statis void main (string[]args);
Scanner input = new scanner(System.in);
tes obj1= new tes();
System.out.print("banyak = ");
int x = input.nextInt();
obj1.prima(x);
System.out.println();
}

class tes
{

void prima(int x)
{
System.out.print("hasil = ");
for (int i=1;i=x;i++)
{ int p= 0;
for (int j=1;j=x;j++)
{
if (i%j==0) then
{ p=p+1};else {p=p};
}
if (p==2) then
{ System.out.print(i+" ");
int jml=jml+i;
x=x+1;
} else
{
x=x;
}
System.out.print("hasil=%d",jml);
}



bener gak y?

Label:

Selasa, 21 Juli 2009

Wawancara dengan Bob Sadino

Petikan wawancara dengan Bob Sadino di Kolom Enterpreneur cyberMQ

Bob Sadino, siapa tak kenal tokoh pengusaha sukses ini. Di kalangan pengusaha, ia sudah tenar. Bisnis nya berbagai macam mulai agribisnis sampai properti.

Tapi siapa sangka, hidupnya benar-benar rock and roll, nyaris tanpa rencana. Bob Sadino pernah jadi supir taksi, lalu kuli bangunan, sebelum akhirnya jualan telur ayam, ayam broiler, dan sayuran, lalu punya Kemchick sebagai supermarket, dan Kemfood untuk industri daging olah. Total anak-anaknya (begitu Bob Sadino memberi istilah kepada karyawannya) ada 1600 orang. Ia, bahkan mengaku tidak punya tips atas apa yang orang kira sukses atas dirinya.

Anda pernah bertualang di Eropa. Apa yang Anda lakukan di sana?

Yah, tahun 1964 di Eropa, saya masih banyak main-mainnya, ngabisin uang, karena saya dapat uang warisan, saya habisin di Eropa dan Amerika, jadi bukan untuk keperluan bisnis.

Anda dari keluarga pebisnis?

Tidak ada, keluarga saya tidak ada yang berbisnis. Keluarga saya katakanlah amteenar (pegawai negeri).

Istri Anda bekerja?

Dulu ia di bank Indonesia New York selam 11 tahun. Kemudian memilih pulang ke Indonesia. Saya tidak memilih pulang, saya ketemu ibu pertama kali di Amsterdam. Bergaul beberapa lama, kemudian saya bermaksud untuk menikah. Kebetulan orang tua di Indonesia, ya kita pulang untuk nikah. Jadi pulang ke Indonesia untuk nikah.

Istri Anda ikut?

Istri ikut saya untuk menikah. Ketika saya di indonesia saya masih terikat kerja di Jakarta Lyod dan istri saya masih di BI. Dan ketika saya memutuskan untuk tidak lagi bekerja di Jakarta Lyod, otomatis
istri saya juga keluar dari BI. Saya memilih menjadi supir taksi di tahun pertama. Kemudian saya jadi kuli bangunan di tahun kedua. Sampai tahun 1968 di Jakarta Lyod, tahun 1968-1969 jadi supir taksi, tahun 1969-1970 jadi kuli bangunan.

Dalam arti sebenarnya?

Iya..bukan kuli bangunan tanda petik. Masang plester, pasang batu bata, ubin. Ya kuli bangunan.

Sampai menjadi bisnis?

Saya kan orang yang pertama yang mengenalkan telur untuk bangsa ini, untuk rakyat ini pada tahun 1970. Beberapa minggu kemudian untuk bangsa ini, untuk rakyat ini saya mengenalkan ayam yang Anda kenal saat ini, ayam pedaging. Istilahnya ayam broiler, saya orang pertama yang memperkenalkan itu

Idenya dari mana?

Saya tidak ada ide. Mengalir begitu saja. Saya kirim surat ke negeri Belanda untuk dikirim anak-anak ayam petelor, kemudian beberapa minggu kemudian anak-anak ayam pedaging.

Dapet ide di Belanda?

Dapet idenya malah di Indonesia. Karena saya melihat telur di Indonesia tidak ada yang seperti di negeri Belanda. Anda lihat telur ayam kampung, telur ayam kampung kecil-kecil sedangkan telur yang Anda makan tadi pagi besar. Ada yang warnanya coklat dan putih.

Pasarnya kemana?

Saya dengan ibu menjajakan telur dengan mengetuk pintu rumah orang. Dia bawa 2 kilo saya bawa 3 kilo. Dia ke kiri saya ke kanan. Dan telur saya tidak laku karena berbeda. Mereka hanya tahu telur ayam kampung. Tapi untungnya di Kemang sudah ada warga negara asing sehingga langsung dibeli telurnya dan dari situ bergulir.

Bapak mengemasnya dengan lebih baik.?

Tidak juga. Saya memasukkan ke dalam kantong plastik. Lalu setiap kantong plastik saya berikan setangkai anggrek.

Kemudian bergeraknya kemana?

Bergulir ke ayam. Dari ayam baru ke macam-macam.

Sayuran?

Sayuran belakangan, tahun 1982. Saya adalah orang pertama yang mengenalkan sistem penanaman tanpa tanah, apa yang dikenal dengan hidroponik. Sekaligus saya kenalkan begitu banyak khasanah sayur mayur Eropa dan jenis Jepang untuk Indonesia. Awalnya apa yang saya tanam tidak ada pasarnya. Di mana ada pasar jagung manis? Di mana ada orang menjual jagung manis? Di mana ada orang menjual melon? Dimana ada yang jual terong Jepang? Menjual timun Jepang? Tidak ada. Paprika, dll, juga tidak ada. Jadi saya menciptakan pasarnya..

Ada tipsnya dalam membuka pasar?

Saya tidak pakai tips ! saya berjalan mengalir aja!

Ada edukasi pasar dulu?

Saya tidak tahu. Saya kan tidak pernah sekolah. Saya hanya menciptakan pasar. Saya suruh orang mencoba jagung manis saya, kemudian ada permintaan saya lanjutkan. Begitu juga orang saya suruh coba melon saya, terus dibeli. Dari permintaan ke permintaan begitu terus menerus.
Begitu pasar yang saya ciptakan..

Ada perencanaan, business plan, atau sejenisnya?

Saya adalah orang yang tidak pernah buat perencanaan dalam hidup saya. Dan saya juga tidak pernah buat perencanaan dalam bisnis saya.Itu (business plan) buat orang yang belajar manajemen. Saya tidak pernah belajar manajemen. (Tidak pernah) ngomong bussines plan, marketing, planning, targeting ngomong goals dan lain-lain. Karena saya tidak pernah buat rencana, saya juga tidak pernah punya tujuan. Otomatis, tidak ada rencana, tidak ada tujuan. Otomatis, mengalir saja.

Kalo hidroponik sendiri gimana?

Oh, itu sudah lama. Tahun 1982. Sekarang saya sudah lama tidak berhidroponik. Sekarang orang-orang yang berhidroponik ria. Saya cuma mengurusi pasarnya saja. Ya, pasar yang produksinya dikerjakan orang lain.

Bapak tidak punya kebun sendiri?

Awalnya saya punya. Dengan ekspor yang ribuan ton ke Jepang, saya kerjakan sendiri. Dan sekian banyaknya permintaan sehingga saya tidak punya waktu untuk mengerjakan produksi sendiri. Saya konsentrasi ke pasarannya saja, dan karena pasarnya meminta macam-macam, saya punya pabrik yang memproses bahan baku yang saya proses dari petani-petani lain.

Bagaimana Anda menjaga kualitas?

Apa itu kualitas? Saya hanya memenuhi apa yang pasar syaratkan. Jadi saya tidak ngomong kualitas lagi. Jadi itulah syaratnya apa saya penuhi, terserah syaratnya apa saya penuhi.

Ada kesulitan?

Tentu. Tapi saya tidak bisa ceritakan kesulitan itu. Karena saya menghadapi kesulitan yang bebeda-beda. Kesulitan hari ini berbeda dengan kemarin.

Sekarang Anda ngurusin pemasarannya saja?

Saya tidak ngurus apa-apa, saya sudah 15 tahun nganggur.

Sehari-hari?

Tidak ngapa-ngapain. Saya hanya penganggur. Tapi saya bisa ekspor ribuan ton ke Jepang. Saya punya kemchick sebagai supermarket, kemfood untuk daging olah dan saya punya 1.600 orang yang bekerja di perusahaan saya. Mau ngapain lagi saya? Jadi saya nganggur.

Bagaimana Anda mengelola perusahaan sehingga besar dan eksis?

Saya tidak pernah membicarakan itu, oleh karena itu bergulir dari satu orang ke 1600 orang. Tidak pernah saya bicarakan, tidak pernah saya bicarakan gaya apa? Bagaimana caranya? Itu benar-benar bergulir begitu saja.

Ada proses delegasi?

Perusahaan ini kan sudah 35 tahun. Tahun ke 20 saya bilang Anda aja deh yang urus, saya tidak mau urus lagi. Ya begitu saja.

Mereka orang-orang yang ikut Anda dari bawah?

Tidak ada orang yang saya ambil dari tengah-tengah, kalo pun dari tengah, saya suruh dari bawah lagi. Semua orang diproses dari bawah dulu.

Orang sering menanyakan kunci sukses Anda?

Orang-orang tanya kunci sukses? Memangnya suskes hanya sebuah kunci? Sesederhana itu? Apa yang harus saya katakan kepada mereka? Karena saya mengalir saja. Karena saya bukan pendidik, saya bukan ahli manajemen. Bagaimana saya bisa memberi tahu orang lain? 35 tahun, macam-macam pengalamannya. Saya tidak bisa menceritakan apa-apa karena saya tidak mau mereka menjadi saya. Mereka tidak tahu kepahitan yang harus saya telan. Kalo saya beri nasihat ke mereka, masa saya bilang telanlah kepahitan itu!

Kan mereka bisa belajar dari Anda?

Saya tidak mau karena saya tidak mau merendahkan mereka. Ketika Anda meniru jejak saya, Anda tak lebih dari mesin fotokopi. Saya tidak mau Anda jadi fotokopi saya. Jadilah diri sendiri. Hina sekali Anda jadi fotokopinya Bob Sadino. Kalau ada orang yang bertanya pada saya, saya bilang Ya jalankan saja. Alami saja pengalaman yang Anda alami. Saya tidak mau dia mengalami pengalaman yang saya alami karena bukannya tidak mungkin pengalaman saya selama ini hanya pengalaman pahit. Masa saya hanya membagi pengalaman pahit? Bagi saya, apapun bisa jadi peluang. Orang seperti saya melihat peluang tidak ada batasnya. Batasnya langit, tidak ada batasnya. Tergantung Anda, semua jadi peluang. Jadi mungkin bisa sejuta peluang atau semilyar peluang. Batasnya langit, itulah peluang bagi saya.

Bagaimana dengan risiko?

Saya pengambil risiko. Dan ketika saya mengambil risiko, saya ambil risiko sebesar-besarnya. Saya tidak mau resiko yang kecil. Di saat orang memperkecil risiko, bebas dong, kalo dia mengambil resiko kecil, apa yang dia dapet juga kecil. Semakin kecil risikonya semakin kecil
yang ia dapat.

Maksud Anda, high risk high return?

Makanya saya ambil risiko sebesar-besarnya. Kewajiban saya mengubah risiko itu menjadi sesuatu yang lain. Dengan kata lain, kita ubah menjadi duit. Iya kan? Tapi saya ga nuntut risiko jadi duit. Saya ubah resiko jadi apa saja. Yang mudah bagaimana risiko itu jadi duit. Jadi risiko kecil kalo diubah jadi duit, ya kecil juga dong. Kenapa orang-orang itu memperkecil resiko? Tidak usah dijawab. Saya tidak butuh jawaban, bagi saya aneh kalo orang mengambil risiko kecil.

Anda bilang, sekolah itu menularkan racun. Racunnya apa saja?

Ya itu tadi, karena Anda belajar manajemen, belajar ekonomi yang saya anggap itu racun. Ketika Anda bertanya tentang marketing Anda bingung. Buat saya sederhana, marketing adalah ketika orang minta A ya kasih A. Begitu sederhana saya melihat marketing. Tapi mungkin Anda melihat marketing begini begitu, menghitung ini menghitung itu. Ketika Anda ngitung, Anda sudah ketinggalan pasar. Itulah racun-racun karena Anda sekolah. Untung saya tidak sekolah, kalo saya sekolah saya akan seperti Anda, otak saya akan penuh racun, ha ha. Anda ngomomg tentang manajemen, mana saya tahu tentang manajemen.

Dengan kata lain, Anda bilang, kalau mau usaha, langsung mulai saja?

Ya sudah, tidak usah ngitung-ngitung terus. Ngapain ngitung-ngitung lagi, mulai aja. Kita mau buka suatu usaha, bukan usaha ngitung.

Beberapa bilang, Anda tipe yang sulit ditebak.

Itu karena saya berpikir sederhana. Jadi entrepreneur itu sederhana, karena kesederhanaan itulah orang kadang bingung. Jadi apa, untuk mengerti saya, Anda harus memproses racun di otak Anda. Harus dibuang dulu. Namanya deschooling process. Anda sekolah kan? Sekarang bagaimana anda menghilangkan apa yang Anda dapatkan di sekolah, itulah deschooling process. Dan itu hampir tidak mungkin. Susah sekali. Saya pakai bahasa orang yang tidak sekolah. Saya salah karena tidak punya rencana, itu kacamata Anda. Anda bisa bayangkan ketika saya jualan telor 5 kilo, saya sudah punya rumah sebesar sekarang? Tidak, kan? Jadi buat apa saya punya tujuan. Pertanyaan berikutnya, sekarang ada rumah sebesar ini, mobil di depan, apa dong ini semua? Ini adalah sebuah akibat dari apa yang saya lakukan. Sedangkan yang Anda lakukan hanya menghitung. Akibatnya orang bingung karena yang mereka lakukan hanyalah menghitung, bukan berbuat. Karena orang punya tujuan, orang punya rencana. Tapi ketika tujuan Anda tidak tercapai, rencana Anda juga berantakan. Rencana itu jalannya linier. Dari A, B, C, D sampai Z. Sedangkan mana ada hidup yang bentuknya linier gitu? Dalam hidup bentuknya berkelok-kelok, jarang ada yang lempeng.

Kalau toh sekolah menularkan racun, Anda bisa kasih tahu cara menawarkan
racunnya?

Untuk menghilangkan racun itu, Anda harus pakai cara jalanan dong. Itu yang saya katakan deschooling process. Anda coba buat sesuatu tanpa rencana. Ketika Anda kemarin mau ketemu saya Anda sudah menyiapakn pertanyaan. Jadi kalau pertanyaan pertama tidak terjawab, Anda buyar. Orang ngomong tentang risiko, saya tahu risiko itu apa. Orang diajarkan untuk memperkecil risiko, di mata saya sayang sekali orang yang memperkecil risiko. Tapi di sekolah diajarin pintar, kan? Sedangkan bagi saya, itu bodoh. Karena saya adalah pencari risiko dan saya mengambil risiko sebesar-besarnya. Kenapa Anda harus perkecil risiko itu. Itu sebuah bukti yang Anda pelajari adalah racun. Karena saya sudah membuktikannya. Itu kesimpulannya, kata Bob Sadino, ambil risiko sebesar-besarnya, sedangkan kata guru perkecil risikonya. Saran saya, ambil risiko seutuhnya. Saya tidak bilang risiko itu akan jadi uang. Yang saya katkan ubahlah risiko itu jadi apa saja, bisa kebahagiaan, dll. Tidak harus jadi duit. Dan ini yang tidak pernah diajarkan di sekolah. Kita kembali ke pertanyaan Anda. Apa key succes faktor saya?
itu kental sekali bahasa manajemen. Iya, kan?
Kalau mau jujur, kunci
sukses saya adalah kebodohan saya.

Kok bisa?

Karena saya bodoh, saya lugu. Mau ngapain saja. Mau mikir apa saja bebas. Sedangkan orang berpikir, oh ngga karena saya di sekolah belajar ini. Sekolah bilang tidak boleh begini-begini, akhirnya orang sulit menjadi kaya, karena bilang risikonya ini, ini, dan ini. Belum apa-apa sudah ngitung dulu. Kapan jadinya dong?

Syarat jadi entrepreneur, menurut Anda?

Memenuhi permintaan yang jelas itu normal. Tapi bagaimana menciptakan permintaan, itu baru. Entrepreneur harus begitu. Tidak ada pasar melon, saya tanam melon. Tidak ada pasar jagung manis, saya tanam jagung manis. Ketika saya pasarkan telor, pasarnya belum ada. Tidak ada pasar ayam broiler.

Label:

Rabu, 01 Juli 2009

SIKLUS HIDUP SISTEM (SYSTEMS LIFE CYCLE)

4.1 General Systems Life Cycle (GSLC)


Merupakan fase-fase utama (general) yang terjadi pada semua sistem, baik
sistem biologis, fisikal, sosial ataupun sistem lainnya. Adapun fase-fase
tersebut terbagi dalam empat fase, yaitu :
a. Development (introduction)
b. Growth
c. Maturity
d. Deterioration (decline)
Apabila digambarkan, GSLC akan terlihat seperti berikut :

 |                        
| +---------------+\
| /: : \
| / : : \
| / : : \
| / : : \
| / : : \
| / : :
| /--------+/ : :
| / I : II : III : IV
|/ : : :
+---------------------------------------------------------------
Development Growth Maturity Deterioration

Gambar 4.1 : General Systems Life Cycle (GSLC)

4.2 Information Systems Life Cycle (ISLC)

Merupakan fase-fase utama (general) yang terjadi pada sistem informasi.
Adapun fase-fase tersebut terbagi dalam empat fase, yaitu :
a. Systems Development (Design)
b. Systems Implementation
c. Systems Operation (Maintenance)
d. Systems Obsolescence
Apabila digambarkan, ISLC akan terlihat seperti berikut :
    |                        
| +---------------+\
| /: : \
| / : : \
| / : : \
| / : : \
| / : : \
| / : :
| /--------+/ : :
| / I : II : III : IV
|/ : : :
+---------------------------------------------------------------
Systems Systems Systems Operation Systems
Development Implementation (Maintenance) Obsalescence
(Design)

Gambar 4.2 : Information Systems Life Cycle

4.3 Systems Development Life Cycle (SDLC)

SDLC berfungsi untuk menggambarkan tahapan-tahapan utama dan langkah-langkah
dari setiap tahapan yang secara garis besar terbagi dalam tiga kegiatan
utama, yaitu :
a. Analysis
b. Design
c. Implementation
Setiap kegiatan dalam SDLC dapat dijelaskan melalui tujuan (purpose) dan
hasil kegiatannya (deliverable).
Apabila kegiatan utama tersebut dijabarkan ke dalam langkah-langkah yang
lebih rinci dapat digambarkan seperti berikut :

+---------------------------------------------------------------------+
: ANALYSIS : DESIGN : IMPLEMENTATION :
+---------------------------------------------------------------------+
: :
+---------------+ : :
+-->: Problem : : :
| : Detection : : :
| +---------------+ +-----------+ +-----------+
+---------> | | : | | : |
| +---------------+ | : +---------------+ | : +---------------+
| : Initial : | : : Output : | : : Programming / :
| : Investigation : | : : : | : : test :
| +---------------+ | : +---------------+ | : +---------------+
+---------> | | : | | : |
| +---------------+ | : +---------------+ | : +---------------+
| : Requirements : | : : Input : | : : Training / :
| : Analysis : | : : : | : : Other :
| +---------------+ | : +---------------+ | : +---------------+
+---------> | | : | | : |
+---------------+ | : +---------------+ | : +---------------+
: Generation of : | : : Files :--+ : : System :
: Alternatives : | : : : : : Change Over :
+---------------+ | : +---------------+ : +---------------+
| | : :
+---------------+ | : :
: Selection of :--+ : :
: Proper System : : :
+---------------+ : :

Gambar 4.3 : Stages of Problem Solving Systems Development Life Cycle (SDLC)

ANALYSIS
Dalam tahap analisis ini, digunakan oleh analis sistem untuk :
a. Membuat keputusan apabila sistem saat ini mempunyai masalah atau sudah
tidak berfungsi secara baik dan hasil analisisnya digunakan sebagai dasar
untuk memperbaiki sistem
b. Mengetahui ruang lingkup pekerjaannya yang akan ditanganinya.
c. Memahami sistem yang sedang berjalan saat ini
d. Mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap analisis ini adalah :

1. Problem detection
a. Tujuan :
Mendeteksi sistem, apabila sistem saat ini semakin berkurang manfaatnya (memburuk).
b. Hasil :
Laporan pendahuluan tentang permasalahan yang terjadi dalam sistem.

2. Initial investigation
a. Tujuan :
Memerikan sistem saat ini dengan penekanan pada daerah-daerah yang menimbulkan
permasalahan.
b. Hasil :
Penjelasan sistem saat ini.

3. Requirement analysis (determination of ideal systems)
a. Tujuan :
Mendapatkan konsensus dari komunitas pemakai dari sistem informasi yang ideal.
Sebuah penggantian sistem akan menimbulkan jarak antara sistem saat ini dengan sistem
yang ideal (yang mengacu ke komputerisasi).
b. Hasil :
Penjelasan kebutuhan analisis terhadap sistem.

4. Generation of system alternatives
a. Tujuan :
Menggali (explore) perbedaan dari alternatif sistem dalam mengurangi jarak (gap) antara
sistem saat ini dengan sistem idealnya.
b. Hasil :
Dokumen-dokumen tentang alternatif sistem yang akan digunakan untuk memperbaiki sistem.

5. Selection of proper system
a. Tujuan :
Membandingkan alternatif-alernatif sistem dengan menggunakan metodologi terstruktur,
memilih alternatif sistem yang paling baik, dan menjualnya (sell) kepada management.
b. Hasil :
Hasil-hasil dari studi sistem.

DESIGN
Dalam tahap perancangan (desgin) memiliki tujuan, yaitu untuk :
a. Mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang
terbaik.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perancangan ini adalah :

6. Output design
a. Tujuan :
Memerikan bentuk-bentuk laporan sistem dan dokumennya.
b. Hasil :
Bentuk (forms) dari dokumentasi keluaran (output).

7. Input design
a. Tujuan :
Memerikan bentuk-bentuk masukan didokumen dan dilayar ke sistem informasi.
b. Hasil :
Bentuk (forms) dari dokumentasi masukan (input).

8. File design
a. Tujuan :
Memerikan bentuk-bentuk file-file yang dibutuhkan dalam sistem informasi.
b. Hasil :
Bentuk (forms) dari dokumentasi file.

IMPLEMENTATION
Dalam tahap implementasi memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk :
a. Melakukan kegiatan spesifikasi rancangan logikal ke dalam kegiatan yang
sebenarnya dari sistem informasi yang akan dibangunnya atau dikembangkannya.
b. Mengimplementasikan sistem yang baru.
c. Menjamin bahwa sistem yang baru dapat berjalan secara optimal.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap implementasi ini adalah :

9. Programming & testing
a. Tujuan :
Mengkonversikan perancangan logikal ke dalam kegiatan
operasi coding dengan menggunakan bahasa pemograman
tertentu, dan mengetest semua program serta memastikan
semua fungsi / modul program dapat berjalan secara benar.
b. Hasil :
Coding program dan spesifikasi program.

10.Training
a. Tujuan :
Memimpin (conduct) pelatihan dalam menggunakan sistem,
persiapan lokasi latihan dan tugas-tugas lain yang
berhubungan denganp pelatihan (buku-buku panduan sistem).
b. Hasil :
Rencana pelatihan sistem, modul-modul katihan dan sebagainya.

11. System changeover
a. Tujuan :
Merubah pemakaian sistem lama ke sistem bari dari sistem informasi
yang berhasil dibangun.Perubahan sistem merupakan tanggungjawab
team designer ke pemakai sistem (user organization).
b. Hasil :
Rencana (jadwal dan metode) perubahan sistem (contract).


Daftar Pustaka
1. Davis, William S., Systems Analysis And Design : A Structured Approach,
Addison-Wesley Publishing Company, 1983.
2. HM., Yogiyanto, Analisis dan Disain Sistem Informasi : Pendekatan
Terstruktur, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, 1995.
3. Martin, Merle P., Analysis And Design of Business Information Sytems,
Macmillan Publishing Company, New York, 1991.

thanks to : http://kuliah.dinus.ac.id

Label: